Angel

ANGEL

CHIELICIOUS © 2013

Main Cast:

  • Byun Baekhyun
  • Shin Yoonjo

Rating: PG-15

Genre: Romance

Length: 2.722 words. Oneshot fic.

Summary:

Sebuah dongeng kuno orang Eropa, mereka percaya bahwa Dewa menurunkan bidadari miliknya ke bumi. Mereka akan hadir bersamaan dengan turunnya hujan. Mata yang memikat, senyum yang tak terlupakan, dan kecantikan yang memabukkan. Ya, mereka adalah bidadari.

No bashing. No Plagiarism. Don’t be silent reader.

 

***

“Aku pulang duluan,” ujar Baekhyun setelah mengemasi barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tasnya sesaat setelah kelas berakhir.

“Tumben, kau tidak ke basecamp hari ini? Tidak ikut latihan?” tanya Chanyeol, teman sekelas sekaligus sahabatnya.

Baekhyun hanya tersenyum, “aku sudah ijin pada Kris hyung untuk tidak ikut latihan basket hari ini, akan ada acara keluarga di rumah.”

Pemuda itu tersenyum lebar, sedangkan sahabatnya mengangguk mengerti.

“Baiklah, aku duluan Park Chanyeol. Annyeong,” lalu ia meninggalkan kelas.

Baekhyun keluar gedung sekolahnya dan menengadahkan wajahnya ke atas. Mendung sedang menggatung, dan siap menjatuhkan butiran air hujan ke permukaan tanah. Dan bagus sekali hari ini Byun Baekhyun tidak membawa payung, mantel hujan dan semacamnya. Bahkan ia meninggalkan jaketnya di loker. Ia pikir hari ini akan cerah, tak disangka di saat ia ingin pulang cepat mendung yang menyapanya di luar.

Baekhyun berhenti sejenak di depan gerbang sekolah, berpikir untuk meminta ayah atau kakaknya untuk menjemputnya. Ia lalu mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, menekan beberapa tombol di touch screennya. Tapi tidak ada yang mengangkat teleponnya. Ia ingat hari ini hari dimana kakak laki-lakinya akan bertunangan, jadi mungkin mereka semua sedang sibuk mengatur keperluan untuk acara pertunangan kakaknya.

Padahal ia ingin cepat pulang, dan membantu bersiap-siap. Tapi kalau nanti hujan ia pasti lebih lama untuk sampai di rumah. Baekhyun berpikir sekali lagi. Kemudian melangkahkan kakinya agak cepat. Letak halte terdekat tidak terlalu jauh, hanya perlu berjalan kaki sekitar sepuluh menit dari sekolah. Baekhyun mempercepat langkahnya lagi agar cepat sampai di halte. Agar ia tak terlalu banyak membuang waktu untuk menunggu bus, agar ia tak kehujanan.

Bukannya Baekhyun tak suka hujan, hanya saja ketika ia kehujanan ia akan gampang terkena flu. Itu yang menyebabkannya tidak bisa bermain basket di club dan harus istirahat di rumah. Tak lama ia berdiri menunggu di halte, bus pun datang beberapa menit kemudian. Untunglah hujan belum turun, sepertinya masih ragu untuk menjatuhkan dirinya ke tanah.

Kurang lebih dua puluh menit dan akhirnya ia sampai di halte dekat rumahnya, hanya berjalan lima belas menit melewati kompleks pertokoan dan perumahan maka ia akan sampai. Baekhyun turun dari bus bersamaan dengan turunnya hujan.

Sial. Umpatnya pelan.

Kenapa hujan datang ketika ia hampir sampai rumahnya. Tidak bisakah hujan menunggu ia sampai di rumah dulu baru menjatuhkan bulir-bulir airnya. Baekhyun terpaksa harus menunggu sampai hujan reda di halte bersamaan dengan orang-orang yang lain yang tidak membawa payung. Tapi bulir-bulir air yang jatuh semakin besar dan deras, tampak wajah jengkel yang ditunjukkan Baekhyun. Kalau begini kapan ia akan sampai di rumah.

Sesekali ia mengecek jam tangannya, ia sudah berjanji pada ibunya untuk pulang lebih awal dan sepertinya ia ingkar janji. Tak berapa lama ponsel di kantung jasnya bergetar menampakkan nama Eomma di layarnya.

Yeoboseyo, eomma,” ujarnya.

Lalu selanjutnya ia hanya mengangguk pasrah karena ibunya bilang ia tak usah buru-buru pulang dan tak perlu nekad menerjang hujan, dan juga minta maaf tidak bisa menjemputnya karena semua sedang repot menyiapkan acara pertunangan kakaknya. Baekhyun hendak menyimpan kembali ponselnya di saku, tapi seorang gadis berambut blonde menyenggol lengannya dan Baekhyun hampir menjatuhkan ponselnya. Untung saja bisa ia tangkap dengan sigap.

Jwesonghaeyo,” ujar gadis blonde itu sambil membungkukkan badannya. Baekhyun hanya terdiam terpaku. Entah terpesona atau apa.

“Maaf ya aku hampir menjatuhkan ponselmu, seseorang mendorongku tadi. Maafkan aku,” lanjutnya. Belum sempat ia bicara, gadis itu sudah pergi menerjang rintik hujan.

Hujan sudah mulai reda rupanya. Satu per satu orang yang berteduh di halte pergi, kecuali Baekhyun yang masih berdiri terpaku. Entah kenapa ia merasa dunia ini berhenti ketika gadis itu bicara padanya. Gadis cantik berambut blonde dengan wajah secantik Barbie.

Dan kemudian tersadar hujan sudah reda, masih tersisa rintik kecil. Sambil melangkah menjauhi halte pemuda itu masih memikirkan siapa gadis yang tadi. Bahkan ia belum berkata apapun pada gadis yang hampir menjatuhkan ponselnya.

***

Ekspresi mukanya terlihat bosan. Padahal disekelilingnya penuh dengan keramaian. Ya, dominan dengan bapak-bapak dan ibu-ibu, ada beberapa pemuda juga yang sedang bergerombol tak jauh dari tempatnya berdiri. Di sampingnya seorang wanita paruh baya yang mengenakan setelan baju berwarna coklat muda menggandeng tangannya erat.

Eomma, Baekhyun bukan anak umur lima tahun lagi. Tak perlu menggandeng tanganku begini,” protes pemuda itu.

Wanita yang dipanggil eomma hanya tersenyum. Ibunya yang berhasil menyeretnya ke tempat ini untuk menemaninya menonton konser musik klasik musim semi, dan membatalkan jadwal berkumpul dengan anggota club basket sekolahnya. Padahal rencananya mereka akan latihan dan mengatur ulang strategi tim untuk pertandingan basket antar SMA dua minggu lagi. LG Art Center Gangnam-gu sudah di penuhi dengan pengunjung yang hendak menonton konser musik classic yang menurutnya sangat membosankan. Baekhyun sempat heran, mengapa ibunya dan semua orang di sini ingin menyaksikan pertunjukan yang bahkan membuatnya tertidur selama  acara berlangsung.

Setelah menunjukkan tiket mereka pada bagian resepsionis, ibunya membawanya ke dalam hall besar itu dan menemukan tempat duduk mereka. Tempat duduk Baekhyun berada di bagian tengah kelas reguler, dan bukan tempat yang strategis untuk tidur. Terlihat wajahnya semakin bosan sampai pertunjukan dimulai dan menampilkan beberapa lagu klasik, Baekhyun merasa semakin tidak tertarik.

Mulai dari bermain game di ponsel, menjelajah internet, memasang earphone dan menyalakan musik di playlistnya, sampai mengirim pesan ke beberapa temannya tapi tak ada satupun yang membalas. Sial, sepertinya mereka sengaja membiarkannya mati dalam kebosanan. Konsernya memang hanya 3 jam tapi Baekhyun merasa ini seperti seabad.

Ya! Park Chanyeol! Balas pesanku, atau kau ak…

Baekhyun menghentikan gerak jarinya mengetik sebuah pesan yang akan ditujukan pada Chanyeol. Pandangannya seketika tertuju pada seseorang yang berada di atas panggung. Seseorang yang yang sedang menyanyikan  Love Is a Many Splendored Things dengan indahnya. Nada tinggi yang dibuat gadis itu begitu mengagumkan. Matanya tak mengalihkan arahnya sedikitpun dari satu objek di atas panggung. Kali ini ia merasa seperti dunia sedang berhenti berputar.

Gadis itu. Gadis yang menabraknya di halte tempo hari. Gadis cantik berambut blonde yang hampir menjatuhkan ponselnya.

***

“Eomma, aku ke toilet dulu,” ujar Baekhyun.

Mereka sedang berada di lobi gedung pertunjukan. Diluar sedang hujan, rencana semula ia dan ibunya akan naik bus saja sepulang menonton lalu berjalan-jalan. Hujan tiba-tiba saja turun, padahal tadi langit sangat cerah. Tidak mungkin Baekhyun mengajak ibunya hujan-hujanan. Sedangkan taksi yang mereka pesan belum juga datang.

Baekhyun pergi ke toilet yang berada di ujung lorong. Beberapa saat kemudian ia keluar dari toilet. Ponselnya bordering, sebuah pesan masuk ke inbox ponselnya. Pesan dari sahabatnya, Park Chanyeol.

Mianhae Baekhyun-ah~ aku tidak mendengar ada pesan tadi. Kami sedang latihan tadi, sekarang sedang istirahat. Kau menikmati pertunjukannya? Ah~ pasti menyenangkan, Yoora noona juga sedang menonton.

Kemudian pemuda itu kemudian sibuk membalas, menyandarkan punggungnya di dinding tak jauh dari toilet. Terdengar segerombolan gadis yang sedang berbincang-bincang di sebelahnya yang baru saja keluar dari toilet wanita. Ia tak begitu memperhatikan apa yang sedang mereka bicarakan. Sekilas terdengar mereka sedang membicarakan diskon di beberapa pusat perbelanjaan, nail art, gossip tentang artis, dan entah apa lagi hal-hal random yang biasanya wanita suka membicarakannya. Baekhyun masih sibuk dengan ponselnya, asyik membalas pesan di Kakaotalk dari teman-temannya.

Ya! Shin Yoonjo, kau lama sekali!” teriak salah seorang gadis.

Entah kenapa kali ini ia ingin tahu. Baekhyun menolehkan kepalanya ke samping. Kali ini ia benar-benar terpana. Time is daebak. Seorang gadis muncul dari balik pintu toilet wanita tepat ketika ia menolehkan wajahnya.

Mianhae eonni, kajja.”

Tubuhnya terasa membeku ketika gadis yang dipanggil Shin Yoonjo itu tersenyum manis. Jantungnya berdebar cepat, entah kenapa Baekhyun tak tahu pasti alasannya. Ia merasa mati rasa, yang ia rasakan hanya perasaan aneh yang menggelitik perutnya.

Gadis yang sama. Gadis yang menabraknya di halte, dan gadis yang tadi menyanyi di atas panggung. Sekarang ia tahu namanya.

“Shin Yoonjo.”

***

Pemuda itu hanya memandang makan siangnya sambil mengetuk-ketukkan garpunya ke piring yang ada di depannya. Sedangkan sahabatnya yang sedang duduk menghadap dirinya dengan lahapnya menyantap makan siangnya. Seharian ini Baekhyun memang tampak tidak konsentrasi. Seperti memikirkan sesuatu. Park Chanyeol sangat tahu sifat Baekhyun, sesaat ia merasa ada yang aneh dengan temannya seharian ini.

“Baekhyun-ah, kau tidak makan?” Pemuda bersuara baritone itu menghentikan makannya.

Baekhyun hanya memandangnya, lalu tersenyum.

“Baek, kau tau, kau terlihat sangat aneh seharian ini,” Chanyeol meletakkan garpu dan sendoknya, menghentikan makannya sejenak.

“Aku tak apa, jangan khawatir,” ujarnya santai.

Ya! Kau pikir kau bisa menyembunyikan sesuatu dariku? Hey, ingat kita sudah berteman sejak sekolah dasar.”

Park Chanyeol mendengus kesal. Sedikit kesal karena sahabatnya tak mau mengungkapkan perasaannya hari ini. Tak biasanya. Mereka selalu berbagi apapun, Chanyeol selalu mempercayai Baekhyun untuk mendengarkan setiap keluh kesahnya. Begitu pula sebaliknya. Tapi tak terjadi dengan Baekhyun hari ini.

Sesaat mereka berdua terdiam. Kali ini Baekhyun menatap Chanyeol serius.

“Chanyeol-ah, menurutmu kebetulan itu seperti apa?” tiba-tiba saja Baekhyun menanyakan sesuatu tanpa menjawab pertanyaan Chanyeol sebelumnya.

Sang sahabat sedikit bingung, “Kebetulan? Oke, seperti kau menemukan sesuatu yang tak pernah kau duga atau kau rencanakan sebelumnya.”

“Lalu, takdir, menurutmu bagaimana?”

Pemuda tinggi itu semakin bingung dengan Baekhyun. “Takdir? Baekhyun-ah, kau juga tahu takdir itu sesuatu yang sudah digariskan oleh Tuhan dan pasti terjadi, tapi kita tak tahu kapan.”

“Lalu, bagaimana dengan cinta?”

Ya! Byun Baekhyun! Kau kenapa sih? Hey, kau jangan sok misterius seperti ini. Kau tidak sedang kesurupan, kan? Hentikan, kau membuatku takut,” ujar Chanyeol kembali menyuapkan makanan yang tadi dilupakannya. Sedangkan makanan milik Baekhyun masih utuh. Mereka berdua kembali diam, yang terdengar hanya dentingan alat makan yang dipakai Chanyeol.

“Chanyeol-ah,” Baekhyun menatap sahabatnya serius.

Wae?” Chanyeol mengangkat kepalanya setelah berhasil menelan suapan terakhirnya.

Baekhyun kembali menatapnya serius. Park Chanyeol hafal betul sikap yang seperti ini menjadi kebiasaan Baekhyun ketika ia akan menceritakan sesuatu. Sepertinya masalah yang cukup serius.

“Aku bertemu dengannya di halte ketika hari sedang hujan. Lalu aku bertemu dengannya lagi di pertunjukan musik klasik dan di toilet setelah pertunjukan usai, ketika saat itu sedang hujan juga,” Baekhyun mulai membuka mulut, menceritakannya pada sahabatnya.

Park Chanyeol menatap Baekhyun penasaran, “Nugu?

“Gadis itu,” jawab Baekhyun singkat.

“Gadis?” tanya Chanyeol, dan dijawab dengan sebuah anggukan oleh Baekhyun. “Kau jatuh cinta padanya?”

“Entahlah, aku hanya merasa dunia terasa berhenti ketika aku melihat matanya. Kemudian seakan ada sesuatu yang menggelitiki perutku, dan juga membuatku tiba-tiba memikirkannya setiap sebelum tidur.”

“Baekhyun-ah, kau pernah mendengar dongeng kuno orang Eropa bahwa saat hujan Dewa akan menurunkan bidadari miliknya ke bumi. Mereka akan hadir bersamaan dengan turunnya hujan. Mata yang memikat, senyum yang tak terlupakan, dan kecantikan yang memabukkan. Ya, mereka adalah bidadari,” jelas Chanyeol panjang lebar.

“Hey, Park Chanyeol, kau terlalu banyak menonton drama di televisi,” ujar Baekhyun, sahabatnya terkadang terlalu mendramatisir seperti ini.

Baekhyun menegak jus jeruk yang dari tadi diabaikannya. Lantas berpikir, apakah benar gadis itu aalah seorang bidadari  diturunkan Dewa bersama hujan? Kemudian ia tersenyum tipis. Shin Yoonjo memang cantik seperti bidadari, fakta yang satu itu ia menyetujuinya.

***

Baekhyun berjalan sendirian menyusuri sepanjang pinggir pertokoan di Apgujeong. Setelah mendapatkan sepatu baru, ia memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar. Tak ada salahnya menghilangkan kepenatan karena tugas sekolah yang semakin menggila tiap minggunya. Sebenarnya, hari ini ia akan pergi membeli sepatu bersama Chanyeol. Tapi, ibu Chanyeol menelpon memintanya untuk megantarkan ke klinik dokter dan terpaksa ia harus pergi sendirian tanpa sahabatnya.

Sesaat ia merasa sendirian, jika ia bersama Chanyeol sekarang pasti akan jauh lebih ramai. Ya, sahabatnya yang satu itu memang selalu membuat suasana menjadi hidup. Para senior juga menyebutnya dan Chanyeol sebagai si pencair suasana.

Ah, ia jadi merindukan Park Chanyeol.

Angin musim semi sore itu berhembus semilir, pemuda itu berjalan melihat-lihat deretan etalase toko sambil mengeratkan lagi coat hitamnya. Sore itu agak mendung. Di awal periode Jangma membuat hujan turun hampir setiap hari. Sebenarnya ini adalah sore yang sempurna untuk berjalan-jalan di luar rumah, tapi mendung bisa saja datang dan mengubah rencana untuk keluar rumah.

Lihat, sekarang gerimis kecil-kecil mulai turun. Semua pejalan kaki di sekitarnya sibuk mencari tempat berteduh. Baekhyun melangkahkan kakinya memasuki sebuah kedai kopi yang tadi tak sengaja ia lewati. Tak ada salahnya menghangatkan diri dan beristirahat sejenak dengan secangkir kopi panas di hari yang hujan seperti ini.

Pemuda itu lalu memesan Vanilla Latte panas untuk menghangatkan diri. Menunggu pelayan menyelesaikan pesanannya. Ponselnya berbunyi, ia membuka tasnya dan mengambil ponsel yang ternyata ada sebuah pesan dari ibunya. Pelayan selesai membuat Vanilla Latte miliknya, dan Baekhyun baru sadar dompetnya tak ada di dalam tas.

“Ini milikmu?” kata sebuah suara yang berada di belakangnya.

“Ah, gamsahabnida,” Baekhyun berterima kasih pada seseorang itu dan ia benar-benar terkejut pada siapa sekarang ia berbicara.

Dunianya sekali lagi terasa terhenti. Jantungnya berdebar sangat kencang, bahkan ia tak bisa mengontrol debaran itu. Sesuatu yang menggelitik perutnya semakin menggila. Oh, apa yang sedang terjadi padanya sama seperti waktu itu. Bahkan lebih gila.

Baekhyun meruntuki dirinya sendiri. Kenapa dirinya menjadi seperti ini. Tubuhnya jadi susah digerakkan. Debaran jantungnya, keringat dingin di tangannya, dan matanya yang tak bisa beralih pandangannya dari mata si lawan bicara. Bahkan ia lupa harus membayar Vanilla Lattenya.

“Oh, kau yang waktu itu?” ujar gadis itu sambil menyerahkan dompet milik Baekhyun.

Kau gadis yang hampir menjatuhkan ponselku?”

Gadis itu tersenyum manis, membuat Baekhyun terasa meleleh ketika melihat senyumnya. “Kau masih mengingatnya?”

Sekarang mereka berdua sedang duduk di pinggir jendela besar kedai kopi itu. Hujan masih turun, semakin deras sepertinya. Dua cangkir Vanilla Latte panas mengepul di depan mereka. Gadis itu memperhatikan uap yang mengepul dari cangkirnya, lalu mengalihkan pandangannya ke luar jendela memperhatikan jatuhan air hujan. Sedangkan Baekhyun memperhatikan setiap lekuk wajah gadis yang ada di depannya. Mengagumi senyuman yang selalu diperlihatkan oleh gadis itu.

“Soal ponselmu, mianhae, saat itu aku sedang buru-buru, aku hampir terlambat dan guru vocalku pasti akan marah jika aku terlambat datang.”

Baekhyun hanya mengangguk, entah ia pasrah atau terhipnotis oleh senyuman gadis itu. Hanya Baekhyun yang tahu.

“Tak apa, ponselku baik-baik saja sampai sekarang,” balas Baekhyun, kali ini ia tidak bisa menahan untuk tidak tersenyum. Perasaan aneh itu menggelitik perutnya lagi.

“Dan terima kasih, kau repot-repot membelikanku ini,” gadis itu mengangkat cangkir Vanilla Lattenya, menghirup wanginya dan menyesapnya perlahan.

Baekhyun melakukan hal yang sama, hangat kopi ditangannya menjalari seluruh tubuhnya. “Itu tanda terima kasih karena kau telah menemukan dompetku.”

“Kalau begitu kapan-kapan aku juga harus mentraktirmu, sebagai tanda permintaan maaf,” senyum lebar itu lagi. Bagus, sekarang jantungnya berdetak semakin cepat. Duduk berdekatan saja membuat debaran tak karuan di dadanya, apalagi bonus senyuman manis yang selalu ditunjukkan gadis itu. Mungkin tak lama lagi jantungnya akan terlepas sendiri.

“Ah, aku Shin Yoonjo. Nice to meet you,” ujar gadis itu mengulurkan tangannya.

Baekhyun membalasnya, “Byun Baekhyun, nice to meet you too”

***

Hujan turun lebih awal sore ini. Ia duduk sendirian, memandangi jatuhan hujan di luar lewat jendela besar kedai kopi dimana ia duduk sekarang. Dua cangkir Vanilla Latte panas di depannya masih mengepulkan uapnya. Pemuda itu sibuk melihat hujan, kemudian mengeluarkan ponselnya. Dan sibuk mengetikkan sesuatu di ponselnya.

Tak lama kemudian seorang gadis datang menghampirinya, dan duduk di depannya. “Mianhae, aku terlambat. Aku harus menambah jam latihanku sebelum pertujukan musik klasik musim semi tahun ini dilaksanakan.”

Baekhyun tersenyum tipis melihat gadis di depannya tampak merasa bersalah, “Tak apa, aku yang datang lebih awal dari perjanjian kita. Oh, semoga sukses dengan pertunjukan musik klasikmu, aku akan mengajak eomma lagi untuk melihatmu. Ia pasti senang.”

Baekhyun kembali tersenyum, entah kenapa ia tak pernah bisa menahan senyumannya ketika melihat gadis di depannya itu. Yoonjo selalu menggemaskan dan memikatnya. “Gomawo,ujar Yoonjo.

“Oh, kau menerjang hujan? Ya! Kau bisa sakit kalau hujan-hujanan!”

Aniyo, hujan turun ketika hampir sampai di sini,” Yoonjo merengut sebal, lalu menyesap Vanilla Lattenya.

Bakhyun terkekeh melihat reaksi gadisnya. Ia mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Hujan masih turun. Lalu ia menatap Yoonjo, “Yoonjo-ya, kau tahu dongeng kuno orang Eropa? Mereka percaya saat hujan Dewa akan menurunkan bidadari miliknya ke bumi bersamaan dengan turunnya hujan.” Baekhyun berhenti sejenak, menatap mata Yoonjo dalam. “Dan aku sudah mendapatkan satu diantara mereka.”

Yoonjo menatap Baekhyun bingung, menampakkan wajah penasaran yang membuat Baekhyun semakin gemas. Baekhyun meraih tangan mungil Yoonjo, sekarang kehangatan tangan Baekhyun yang sama seperti ketika ia menangkup cangkir Vanilla Lattenya menjalar ke seluruh tubuhnya.

“Dan bidadariku adalah kamu,” ujarnya pelan. “Saranghae, Shin Yoonjo.”

Mereka saling tersenyum satu sama lain, senyuman hangat di hari yang hujan. Mungkin bukan di tempat ini mereka pertama kali bertemu. Tapi di tempat ini, di tempat yang sama dengan satu tahun yang lalu mereka saling mengenal. Tuhan telah mengatur semuanya dengan sangat rapi. Sampai detik ini Baekhyun masih penasaran cintanya dengan Yoonjo karena suatu kebetulan atau takdir. Dan hujan mungkin tak lagi membuat Baekhyun merasa tak suka padanya, karena hujan telah membawa Baekhyun menemukan bidadarinya.

***

THE END

***

Hallo, everyone! How are you?

Alhamdulillah saya bisa ngepost sebuah ff lagi di sini sebelum saya kembali sibuk dengan pasien-pasien saya di Rumah Sakit, sebelum saya sibuk membuat diagnosa dan laporan magang. Oke saya memang udah terbebas dari tugas paper hehehe, tapi saya masih punya tanggungan laporan pertanggung jawaban akhir tahunnya BEM, laporan magang di RS dan UAS di awal tahun nanti. *eh kok jadi curhat sih* ^^v

Sebulan kedepan mungkin saya bakal sibuk banget, nggak janji bakal bisa buat lagi ff yg beginian. Eits, tapi ini bukan ff terakhir yang saya buat. Saya akan menulis ketika saya mood, ada ide dan lagi nggak sibuk. IRHY insya allah lanjut kalo saya punya waktu luang untuk memunculkan mood, mencari ide dan mengetik. Doakan saja ya 🙂

Gimana tulisan saya kali ini? Gimme your comment please 🙂 Kalian tahu, komentar kalian adalah kekuatan. Komentar kalian saya anggap sebagai pemacu semangat saya untuk menulis. Jadi, kalau kalian berpikir komentar itu nggak penting, salah besar. Saya senang meskipun itu sebuah kritikan 🙂

So, thanks for reading 🙂 See you 🙂

6 thoughts on “Angel

  1. finally baejo fic!!! *hug author tight*
    uuuuuuuuuu aku suka bgt couple ini! beneran XD ❤
    like usual, ff tulisan auhor itu simple but sweet, rapi, less typo, pokoknya aku suka alur setiap ff yg author tulis.
    keep writting yang trus semoga tugas magangnya cepet kelar dan lanjutin ff I Really Hate You nya ya, jebaaaaallll :')

  2. tau gak thor? pas baca ff ini berharap gak pernah end (?)
    aaaaaa suka banget >< yoonjo emang mirip bidadari/?
    penyampaian nya simple tapi aku suka thor. penulisan nya rapi lagi. semoga segala jenis urusan nya cepet kelar yaa thor biar bisa nulis ff lagi 🙂

Leave a reply to aisah_cho Cancel reply